Metode al-Ghazali dalam melakukan terapi terhadap kesombongan terdiri dari dua proses. Pertama, menumbangkan pohon kesombongan dari akarnya di dalam hati atau dengan bahasa lain, mencabut akarnya. Kedua, mencegah gejala kesombongan dengan cara-cara yang telah disebutkan diatas.
Proses pertama bersifat teoritis adalah upaya seseorang mengenal dirinya dan Tuhannya. Jika ia telah mengenal dirinya, maka akan tahu bahwa dirinya tidak boleh sombong, tetapi harus bersikap rendah hati. Bahkan, jika ia mengenal Tuhan, maka ia akan tahu bahwa dirinya tidak berhak sombong dan angkuh, karena itu adalah pakaian Tuhan. Lalu, agar ia mengetahui dirinya, maka cukup dengan mengetahui makna satu ayat dari al-Qur’an al-Karim, “Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya? Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani Allah menciptakannya dan menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya. Kemudian mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur. Kemudian bila Dia menghendaki dan memasukkannya ke dalam kubur. Kemudian bila Dia menghendaki Dia membangkitkannya kembali. (QS, ‘Abasa [80] : 17-21).Maka barangsiapa yang awal kiprahnya dari ketiadaan; asal-usul penciptaannya dari setetes air mani yang hina; serta akhir perkaranya adalah bersemayam di kubur; kemudian pada Hari Kiamat Allah membangkitkannya dengan kerendahan di hadapan Tuhan untuk dihisab dari mana sumber kesombongan dan keangkuhannya? Itulah terapi ilmiah bagi akar kesombongan, sedangkan terapi praktisnya adalah ketundukan kepada Allah secara nyata. Semua makhluk harus tetap mempertahankan akhlak yang rendah hati, dan ketundukan setelah makrifat tidak akan muncul, kecuali dengan amal.Hal-hal yang berkaitan dengan praktik kedua, yaitu mencegah kesombongan karena tujuh sebab yang telah kita sebutkan sebelumnya:Orang yang menderita penyakit sombong dari sisi keturunannya, maka hendaklah ia mengobati hatinya dengan mengenal keturunannya yang sejati, yaitu debu. Lalu, apa alasannya sombong padahal keturunan sejatinya adalah debu.Orang yang sombong karena keindahan jasmaninya, maka hendaklah ia melihat ke dalam batinnya, maka ia akan melihat berbagai kotoran dan noda yang dapat menjauhkannya dari kesombongan karena kecantikan lahir. Selain itu, ia akan mati dan akan menjadi tanah.Kesombongan karena kekuatan, maka pengobatannya adalah mengetahui bahwa penyakit dapat membuatnya lebih lemah dibanding semua yang lemah. Seandainya duri masuk ke dalam kakinya, maka ia akan menjadi lemah; oleh karena itu, ia tidak pantas membanggakan kekuatannya.Kesombongan karena kekayaannya dan harta, serta banyaknya pengikut dan pendukung adalah kesombongan yang buruk. Sebab ia berlaku sombong dengan makna yang bersifat eksternal dari jati diri manusia. Jika hartanya habis atau terbakar, maka ia kembali menjadi orang yang hina.Sombong karena ilmu adalah penyakit yang paling berbahaya, dan pengobatannya dengan dua cara. Pertama, hendaknya kita mengetahui bahwa Allah memaklumi orang yang bodoh tetapi tidak memaklumi orang yang tahu. Jika orang yang tahu melanggar perintah Allah, maka dosa dan bahayanya lebih besar. Kedua, hendaknya kita mengetahui bahwa kesombongan hanya layak dilakukan oleh Allah. Itulah yang dapat menghilangkan kesombongan dan menibulkan sikap rendah hati. Dia harus mengingat dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan di masa lalu, sehingga ia kerdil di mata Allah.Sombong karena wara’ dan ibadah. Kesombongan macam ini merupakan ujian besar bagi manusia. Solusinya adalah mengharuskan hatinya bersikap rendah hati kepada semua orang.Sesungguhnya praktik utama dalam metode al-Ghazali untuk terapi kesombongan dan semua akhlak buruk dan penyakit hati adalah pembebasan diri dari akhlak yang buruk dengan mempelajari akhlak yang baik, terpuji dan bertentangan dengannya. Jika seseorang takut kepada sesuatu tertentu, maka ia dapat mengatasi ketakutannya jika ia belajar untuk mencintainya; tetapi jika ia telah mencitainya, maka ia akan terbebas dari ketakutannya.Tidak akan masuk surga, barang siapa yang dihatinya ada kesombongan, ketakaburan walau sebesar zarrah”
DI ANTARA BUKTI YANG MENUNJUKKAN ADANYA KEPERKASAAN ALLAH S.W.T YANG LUAR BIASA ADALAH YANG DAPAT MENGHIJAB ENGKAU DARIPADA MELIHAT KEPADA-NYA DENGAN HIJAB YANG TIDAK ADA WUJUDNYA DI SISI ALLAH S.W.T.
BAGAIMANA DISANGKA ALLAH S.W.T DAPAT DIHIJAB OLEH SESUATU PADAHAL DIA YANG MENZAHIRKAN SEGALA SESUATU.
BAGAIMANA MUNGKIN AKAN DIHIJAB OLEH SESUATU PADAHAL DIA YANG TAMPAK ZAHIR PADA SEGALA SESUATU.
BAGAIMANA AKAN MUNGKIN DIHIJAB OLEH SESUATU PADAHAL DIA YANG TERLIHAT DALAM TIAP SESUATU.
SESUATU BAGAIMANA AKAN DAPAT DITUTUP OLEH SESUATU PADAHAL DIA YANG TAMPAK PADA TIAP SEGALA SESUATU. BAGAIMANA MUNGKIN DIHIJAB OLEH PADAHAL DIA YANG ADA ZAHIR SEBELUM ADA SESUATU.
BAGAIMANA MUNGKIN DIHIJAB OLEH SESUATU PADAHAL DIA YANG LEBIH NYATA DARI SEGALA SESUATU.
BAGAIMANA MUNGKIN AKAN DIHIJAB OLEH SESUATU PADAHAL DIA YANG ESA, TIDAK ADA DI SAMPING-NYA SESUATU APA PUN.
BAGAIMANA AKAN DAPAT DIHIJAB OLEH SESUATU PADAHAL DIA YANG LEBIH DEKAT KEPADA KAMU DARI SEGALA SESUATU.
BAGAIMANA MUNGKIN AKAN DIHIJAB OLEH SESUATU, ANDAINYA TIDAK ADA ALLAH S.W.T NESCAYA TIDAK ADA SEGALA SESUATU.
ALANGKAH AJAIBNYA BAGAIMANA NAMPAK WUJUD DI DALAM ‘ADAM (YANG TIDAK WUJUD), ATAU BAGAIMANA DAPAT BERTAHAN SESUATU YANG ROSAK BINASA ITU DI SAMPING ZAT YANG BERSIFAT KEKAL.
Alam ini kesemuanya adalah gelap gelita sedang yang meneranginya adalah kerana nampak Wujud Allah s.w.t padanya. Pada hakikatnya alam ini tidak wujud, Allah s.w.t jua yang wujud. Tetapi apa yang terlihat kepada kita adalah alam semata-mata sedangkan Allah s.w.t yang lebih nyata menjadi terlindung daripada pandangan kita. Allah s.w.t yang menzahirkan segala sesuatu, bagaimana sesuatu itu pula menghijabkan-Nya. Allah s.w.t yang tampak nyata pada segala sesuatu, bagaimana pula Dia terlindung. Allah s.w.t adalah Maha Esa, tiada sesuatu beserta-Nya, bagaimana pula Dia dihijab oleh sesuatu yang tidak wujud di samping-Nya.
Hati akan hanya diisi dengan iman (percaya) atau ragu-ragu. Jika Nur Ilahi menyinari hati maka mata hati akan melihat dengan iman. Seandainya pandangan mata hati tidak bersuluhkan Nur Ilahi maka apa yang dipandangnya akan membawa keraguan dalam bentuk pertanyaan ‘bagaimana’. Pertanyaan ‘bagaimana’ itu merupakan ujian tentang Allah s.w.t. Ia boleh memberi rangsangan untuk menambahkan pengetahuan tentang Tuhan. Jika tidak dikawal ia akan mendorong kepada perbahasan yang tidak ada penyelesaian kerana bidang ilmu sangat luas, tidak mungkin habis untuk diterokai. Jika kita ikuti perbahasan ilmu, kita akan mati dahulu sebelum sempat mendapat jawapan penghabisan. Oleh itu letakkan garisan penamat kepada ilmu dan masuklah ke dalam iman. Iman menghilangkan keraguan dan tidak perlu bersandar kepada bukti dan dalil-dalil.
Pengalaman hakikat akan menghapuskan pertanyaan ‘bagaimana’. Apabila keraguan datang, ia akan disambut dengan jawapan, “Dengan Dia aku mengenal sifat-Nya, bukan dengan sifat-Nya aku mengenal Dia. Dengan Dia aku mengenal ilmu pengetahuan, bukan dengan ilmu pengetahuan aku mengenal Dia. Dengan Dia aku mengenal makrifat bukan dengan makrifat aku mengenal Dia”.
Apabila hati sudah diisi dengan iman pertanyaan ‘bagaimana’ akan menguatkan keinginan untuk mencungkil Rahsia Ilahi yang menyelubungi alam maya ini. Jika dia tidak mampu memahami sesuatu tentang Rahsia Ilahi itu maka dia akan tunduk dan mengakui dengan kerendahan hatinya bahawa benteng keteguhan Allah s.w.t tidak mampu dipecahkan oleh makhluk-Nya.